Jumat, 16 Maret 2012

nol

short story

dia mendiamkanku.

nol katanya. dia memalingkan mukanya melihatku, dan berlalu seolah tak mengenalku. itu mimpi terburuk pertama dalam minggu ini.

dia bukan seperti air pantai lagi. dia patung. menjadi patung dimimpiku. dia memoles mukanya dengan gaya berbeda.dia membekukan kesakitanku. itu mimpi terburuk kedua kalinya dalam minggu ini.

dia membanting semua pemberianku. dia tak memanggilku seperti dulu.dia menjilat "qosam"-nya menjagaku. itu mimpi terburuk ketiga kalinya dalam minggu ini.

dan keempat kalinya dalam minggu ini. bukan mimpi terburuk lagi. ini kenyataan terburuk tak hanya dalam minggu ini, tapi terburuk sepanjang hidupku. tadi pagi ku dengar suaranya memanggilku. aku terbangun mengikuti arah suaranya. aku tepiskan saja langkah lalu lalang orang-orang yang aku kenal. aku bungkam saja keherananku. aku acuhkan pertanyaan besar, "untuk apa mereka disini? untuk apa mereka mamandangku iba? ah mungkin aku terlalu kacau". saraf motorikku beraksi cepat. seluruh sel tubuhku paham. suaranya berhenti. ia benar-benar menutup mukanya dariku. tak lagi melihatku. dia tak memanggilku seperti dulu. dia tak lagi menjaga sumpahnya untuk menjagaku. aku runtuh dengan nol mutlak ini. aku paham dia pergi dan tak pernah menoleh lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar