Selasa, 27 Maret 2012

manusia industri !

diam
ia menyabung nasib diwadah naas itu
tak peduli dengan sebutan-sebutan kimia
cloro fluoro carbon dan hal semacamnya
kolektor dollar
pengidap virus tikus kelas kakap
pengidap hedonis kelas pari
matrealistis tingkat internasional
entahlah!
embuhlah!
anda pun tentu tak peduli

Senin, 26 Maret 2012

--

 sesajak saja bercerita
gerak dan gerik. detak dan detik. 
benar menjadi-jadi.
aku menjadi berpikir dan mencari hal yang semakin menjalar itu. gelisah setiap mengingatnya. ingin lari tapi beku. semakin bertambah pengurangan jumlahnya berkali-kali, berlipat-lipat. aku yakin usahaku belum maksimal. waktu hanya masih belum mendarat.
sampai waktunya pun tiba, aku masih belum yakin. mampu membaca saja belum. mampu menginjak saja belum. mengeja saja masih terbata-bata. berjalan saja masih sekali-kali tersaruk.
mesti bagaimana berjalan?

Jumat, 16 Maret 2012

nol

short story

dia mendiamkanku.

nol katanya. dia memalingkan mukanya melihatku, dan berlalu seolah tak mengenalku. itu mimpi terburuk pertama dalam minggu ini.

dia bukan seperti air pantai lagi. dia patung. menjadi patung dimimpiku. dia memoles mukanya dengan gaya berbeda.dia membekukan kesakitanku. itu mimpi terburuk kedua kalinya dalam minggu ini.

dia membanting semua pemberianku. dia tak memanggilku seperti dulu.dia menjilat "qosam"-nya menjagaku. itu mimpi terburuk ketiga kalinya dalam minggu ini.

dan keempat kalinya dalam minggu ini. bukan mimpi terburuk lagi. ini kenyataan terburuk tak hanya dalam minggu ini, tapi terburuk sepanjang hidupku. tadi pagi ku dengar suaranya memanggilku. aku terbangun mengikuti arah suaranya. aku tepiskan saja langkah lalu lalang orang-orang yang aku kenal. aku bungkam saja keherananku. aku acuhkan pertanyaan besar, "untuk apa mereka disini? untuk apa mereka mamandangku iba? ah mungkin aku terlalu kacau". saraf motorikku beraksi cepat. seluruh sel tubuhku paham. suaranya berhenti. ia benar-benar menutup mukanya dariku. tak lagi melihatku. dia tak memanggilku seperti dulu. dia tak lagi menjaga sumpahnya untuk menjagaku. aku runtuh dengan nol mutlak ini. aku paham dia pergi dan tak pernah menoleh lagi.