Selasa, 14 Juni 2011

pengidap SILINDER

tak tahulah hendak dikata
tapi tak semenurut anda
aku mungkin tak layak sandang pandai
tapi. aku juga tak sepandir yang terfikir

jika. jika. jika saja.
sederet satir penghalang itu raib dalam sekedip
abu-abu hitam sekelebat itu juga musnah
pengidap mata silinder sudah tak berkaca

openkah?
idzhar pun sudah tak terbaca jelas dimata silinder
lalu lalai saja pada yang fasad


kata ini PAMERAN!!

seperti layaknya karya-karya yang terpampang
lagi dipameran,,
ha..
tak selayaknya aku
yang dibelakangkan disudut hamam 

*angkuh saja.
lagi. pada sekembalinya mereka yang akan tergeletak dari kesombongan
yang semenyerah orang patah arang

*tidak seasyik yang sedang menonton pada yang tidak monoton
aku. yang sekali lagi dibelakangkan
namun gagal
karena aku lebih mengalah kepada yang lupa jalan

*sekali 


Senin, 06 Juni 2011

tiga teruntuk

*
dari gadis pemelas. teruntuk yang diam biarkannya memelas. ia rajut lagi hatinya pada serumpun bahasa malaya. lalu ia nyanyikan sambil memeras baju basah orangtuanya yang mati bertahun lalu.

"alamatku buat nona-nona pemilik lidah kuat
telah cipta aku pada kata remeh
setelah bertubi buat aku diam pada hal
dengan "watados" biarkan sejumput rambut kepala tak berikat lagi

ya. aku sendiri pada ketidakpedulian.
lagi dan lagi tinggalkan aku seperti kematian kemarin amak dan apak
bawa saja tulang ringkih ini
dan tinggalkan saja sisanya di sekelompok perompak,sang karnivor"


**
dari yang amnesia pada hidup hanif. akulah alif yang menjaga harfil hijaiy yang lemah. lalu kau juga yang akhirnya dilupakan dengan multifungsiku. aku juga punya hidup. lalu jangan cegah aku lantunkan kisah yang terbait ini.

"aku hanya tahu ketika itu.
sepasang tangan kokoh membawa tubuhku pergi dari gelap
lalu mengajarkan aku perihal hidup
lalu membimbingku tanpa buku seperti disekolah-sekolah yang aku idamkan
bukan ejaan a-i-u
tapi kita harus hidup kuat dimanapun dan dalam keadaan apapun
tapi yang mengajari aku makan dengan jerih payah ku
bekerja ini dan itu buat dapat sesuap nasi basi
dan ketika tua,
aku hanya bermodalkan caping buat bekerja dan cari makan
menengadah buat cari sekeping dua logam
disinilah penghujung hidupku
sampai aku tak mampu menapakkan langkah dilantai bumimu, Rabb."

***
teruntuk anandaku yang tanpa sengaja terlupakan karena keadaan.

"mungkin sekali lagi kuucpakan tanya pada seliweran pemuda seumurmu diberanda rumah kita
nak,  jika kemudian kau baca lembaran surat ini, mungkin aku sudah tertulis dibongkah nisan. maaf, ayah tak lagi mampu menyusuri jalan demi jalan mencarimu. jika nanti kau jadi ayah seperti aku. jangan ulangi lagi seperti aku"